Kamis, 19 Februari 2015



Dinsos Kota Surabaya Gandeng Tristar Culinary Institute (TCI)

25 Penyandang Cacat Diajarkan Buat Sirup, Silky Pudding, Es Krim, Batagor dan Siomay

TRISTAR Culinary Institute (TCI), salah satu unit usaha  di bawah jaringan bisnis  Matoa Holding, kembali mendapatkan kepercayaan dari Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya, menangani pelatihan kuliner membuat sirup, silky pudding, es krim, batagor dan siomay kepada 20 orang penyandang cacat (disabilitas netra).

Pelatihan kuliner yang dihelat selama empat hari, 27 November 2014 dan 1-3 Desember 2014 di Laboratorium Pastry Kampus Akpar Majapahit Jl. Prapen Indah J-5 itu bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan tata boga bagi penyandang disabilitas netra di Kota Pahlawan. Pelatihan kuliner ini merupakan bagian dari program kesejahteraan bagi PMKS Kota Surabaya Tahun 2014.

Pelatihan tata boga bagi penyandang cacat ini sejatinya untuk membekali mereka dengan pelatihan praktik masak memasak untuk bekal membuka usaha sendiri secara mandiri. Untuk maksud tersebut, Dinsos Kota Surabaya mempercayakan kepada pihak Tristar Culinary Institute (TCI) meng-handle pelatihan kuliner yang diikuti 25 orang penyandang cacat dari Surabaya dan sekitarnya.


”Kerjasama pelatihan kuliner dan nonfood antara kami dengan Dinsos Kota Surabaya d ini telah kami rintis sejak 1998 silam. Beberapa program pelatihan yang sudah berjalan antara lain pelatihan sablon untuk anak jalanan (anjal), pelatihan buat jamu gendong untuk lansia,” ungkap Ir. Juwono Saroso, Direktur TCI kepada pers di sela kegiatan pelatihan di Kampus J-5, Senin (1/12) siang.

Selain itu, pihak TCI sebelumnya juga dipercaya menangani pelatihan bikin kue kering dan kue basah untuk keluarga miskin (gakin) dan mantan PSK  Dolly, pelatihan bikin nugget bagi eks PSK Dolly dan pelatihan membuat siomay dan batagor bagi warga daerah kumuh di Surabaya.

Diakui Juwono, untuk melatih penyandang cacat memang sedikit ribet, sehingga pihak TCI mengerahkan personel lebih banyak dari biasanya untuk mendampingi peserta pelatihan. Ada enam meja lengkap dengan bahan dan peralatan masak memasak yang disiapkan panitia.


Setiap meja diisi empat orang peserta. Mereka dibantu dua orang pendamping dan satu instruktur. Dengan demikian, pihak TCI menyediakan enam orang instruktur dan 12 orang pendamping setiap hari selama empat hari gelaran pelatihan kuliner bagi penyandang cacat di Kampus J-5.

Di mata Fitri Anita, menangani pelatihan tata boga bagi disabilitas netra ini memang sedikit ribet dari biasanya. Dirinya bersama kru TCI yang terlibat selama pelatihan, mau tidak mau suka tak suka, harus bekerja ekstra agar semuanya berjalan lancar seperti yang direncanakan.

”Syukurlah ketika saya presentasi materi pelatihan di ruang kelas, mereka antusias mendengar penjelasan pihak TCI. Begitu juga saat mereka praktik masak memasak di dampingi instruktur masing-masing, peserta pelatihan tampak bersemangat dan senang,” tutur Fitri, penanggung jawab pelatihan bagi penyandang cacat dari TCI.


Sementara itu, Andinanto dari Dinsos Kota Surabaya mengatakan, pelatihan tata boga bagi penyandang disabilitas netra di kampus J-5 ini menunjukkan kepedulian pemkot terhadap para penyandang cacat. Sebagai warga kota Surabaya, mereka masuk program pemberdayaan ekonomi masyarakat agar kelak setelah mengikuti pelatihan ini mereka bisa membuka usaha sendiri secara mandiri.

Pelatihan kuliner bagi penyandang cacat di pengujung tahun 2014 ini menjadi pilihan Dinsos Kota Surabaya karena pihaknya ingin meningkatkan kemampuan penyandang cacat (disabilitas netra) dalam hal masak memasak. Mereka yang ikut pelatihan ini berasal dari  panti jompo, yayasan sosial dan masyarakat umum di Surabaya dan sekitarnya.

”Materi pelatihan tata boga yang diajarkan instruktur dari Tristar Culinary Institute  meliputi cara membuat sirup, membikin silky pudding, es krim serta membuat siomay dan batagor,” pungkasnya. (ahn)

0 komentar:

Posting Komentar