Dinsos Kota
Surabaya Gandeng Tristar Culinary Institute (TCI)
25
Penyandang Cacat Diajarkan Buat Sirup, Silky Pudding, Es Krim, Batagor dan
Siomay
TRISTAR Culinary Institute (TCI), salah satu unit usaha di bawah jaringan bisnis Matoa Holding, kembali mendapatkan kepercayaan
dari Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya, menangani pelatihan kuliner membuat
sirup, silky pudding, es krim, batagor dan siomay kepada 20 orang penyandang
cacat (disabilitas netra).
Pelatihan kuliner yang dihelat selama empat hari, 27
November 2014 dan 1-3 Desember 2014 di Laboratorium Pastry Kampus Akpar
Majapahit Jl. Prapen Indah J-5 itu bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan
tata boga bagi penyandang disabilitas netra di Kota Pahlawan. Pelatihan kuliner
ini merupakan bagian dari program kesejahteraan bagi PMKS Kota Surabaya Tahun
2014.
Pelatihan tata boga bagi penyandang cacat ini
sejatinya untuk membekali mereka dengan pelatihan praktik masak memasak untuk
bekal membuka usaha sendiri secara mandiri. Untuk maksud tersebut, Dinsos Kota
Surabaya mempercayakan kepada pihak Tristar Culinary Institute (TCI) meng-handle pelatihan kuliner yang diikuti 25
orang penyandang cacat dari Surabaya dan sekitarnya.
”Kerjasama pelatihan kuliner dan nonfood antara kami
dengan Dinsos Kota Surabaya d ini telah kami rintis sejak 1998 silam. Beberapa
program pelatihan yang sudah berjalan antara lain pelatihan sablon untuk anak
jalanan (anjal), pelatihan buat jamu gendong untuk lansia,” ungkap Ir. Juwono
Saroso, Direktur TCI kepada pers di sela kegiatan pelatihan di Kampus J-5, Senin
(1/12) siang.
Selain itu, pihak TCI sebelumnya juga dipercaya menangani
pelatihan bikin kue kering dan kue basah untuk keluarga miskin (gakin) dan
mantan PSK Dolly, pelatihan bikin nugget
bagi eks PSK Dolly dan pelatihan membuat siomay dan batagor bagi warga daerah
kumuh di Surabaya.
Diakui Juwono, untuk melatih penyandang cacat memang
sedikit ribet, sehingga pihak TCI mengerahkan personel lebih banyak dari
biasanya untuk mendampingi peserta pelatihan. Ada enam meja lengkap dengan
bahan dan peralatan masak memasak yang disiapkan panitia.
Setiap meja diisi empat orang peserta. Mereka dibantu
dua orang pendamping dan satu instruktur. Dengan demikian, pihak TCI
menyediakan enam orang instruktur dan 12 orang pendamping setiap hari selama
empat hari gelaran pelatihan kuliner bagi penyandang cacat di Kampus J-5.
Di mata Fitri Anita, menangani pelatihan tata boga
bagi disabilitas netra ini memang sedikit ribet dari biasanya. Dirinya bersama
kru TCI yang terlibat selama pelatihan, mau tidak mau suka tak suka, harus
bekerja ekstra agar semuanya berjalan lancar seperti yang direncanakan.
”Syukurlah ketika saya presentasi materi pelatihan di
ruang kelas, mereka antusias mendengar penjelasan pihak TCI. Begitu juga saat
mereka praktik masak memasak di dampingi instruktur masing-masing, peserta pelatihan
tampak bersemangat dan senang,” tutur Fitri, penanggung jawab pelatihan bagi
penyandang cacat dari TCI.
Sementara itu, Andinanto dari Dinsos Kota Surabaya
mengatakan, pelatihan tata boga bagi penyandang disabilitas netra di kampus J-5
ini menunjukkan kepedulian pemkot terhadap para penyandang cacat. Sebagai warga
kota Surabaya, mereka masuk program pemberdayaan ekonomi masyarakat agar kelak
setelah mengikuti pelatihan ini mereka bisa membuka usaha sendiri secara
mandiri.
Pelatihan kuliner bagi penyandang cacat di pengujung
tahun 2014 ini menjadi pilihan Dinsos Kota Surabaya karena pihaknya ingin
meningkatkan kemampuan penyandang cacat (disabilitas netra) dalam hal masak
memasak. Mereka yang ikut pelatihan ini berasal dari panti jompo, yayasan sosial dan masyarakat
umum di Surabaya dan sekitarnya.
”Materi pelatihan tata boga yang diajarkan instruktur
dari Tristar Culinary Institute meliputi
cara membuat sirup, membikin silky pudding, es krim serta membuat siomay dan
batagor,” pungkasnya. (ahn)
0 komentar:
Posting Komentar